Beranda

Rabu, 28 Februari 2018

Hari ini, translator punya acara, kemah, jadi tdk ada update.

Selasa, 27 Februari 2018

Kuro no Maou 8

Chapter 8 Ketakutan pada Warna Putih
(T/n: Judul aslinya sedikit berbeda tapi yg ini lebih cocok)

“Sial! Dimana jalan keluarnya…?”

Meskipung aku menyadarinya, tetap saja fasilitas ini ukurannya berlebihan. Ditambah lagi, semuanya terlihat sama saja. Mustahil aku tidak tersesat disini.


Tadi, aku mengalahkan sekelompok orang yang memakai armor putih tapi sekarang aku menyesalinya, harusnya kubiarkan satu hidup dan menanyakan jalan keluarnya. Ya, mau dikata apa. Mereka tiba-tiba datang mengibaskan pedangnya padaku!

Langsung melakukan serangan balik dan membunuh mereka semua itu sudah kebiasaan dari semua eksperimen itu.

Kebetulan Aku juga mengambil 2  spedang bermata-dua dari mereka. Aku tak memiliki pengalaman apapun dalam menggunakkan pedang tapi tujuanku menggunakkan pedang sedikit berbeda. Lain kali, jika aku bertemu seseorang, aku akan mengancam mereka untuk memberitahukan lokasi jalan keluar dengan menggunakkan pedang ini.

Sembari aku berlari melewati jalan kecil dan memikirkan tentang hal ini, Aku tiba di sebuah ruangan yang luas.

“Tangga!”

Disisi lain ruangan terdapat sebuah tangga yang menuju ke lantai atas.

Akhirnya, kutemukan secerca harapan untuk keluar dari tempat ini, Aku berlari ke arah tangga, namun aku berhenti saat aku merasa sesuatu akan turun dari tangga itu, Dibawah bermacam-macam eksperimen, bersamaan dengan 5 indranya, bahkan indra ke-6 pun telah diperkuat, jadi ini bukanlah imajinasinya semata.

Saat aku mengambil kuda-kuda untuk bertarung, suara langkah kaki terdengar.

Segera, pemilik dari suara langkah kaki itupun muncul dalam pandangan dari anak tangga yang gelap.

“Seorang gadis?”

Harapanku bahwa akan ada orang bertopeng atau yang berarmor pun segera terkhianati.

Orang yang muncul itu berwarna putih total, kecuali mata merah membaranya. Ia memiliki wajah yang muda dan cantik. Kulit yang terlalu putih membuatku sejenak mengira bahwa dia adalah golem cahaya lainnya., tapi gadis yang ada dihadapanku ini jelas sekali memili nyawa.

Bukan sebuah boneka, melainkan seorang albino sesungguhnya.

“Berhenti!”

Meskipun dia terlihat janggal dengan tempati ini, pakaian putih yang dikenakan dan lambang salip itu menunjukkan bahwa ia berhubungan dengan orang bertopeng.

Tanpa menurunkan pertahananku, Aku mencoba mengatakan sesuatu untuk menghentikkannya.

“……”

Gadis itu berhenti bergerak.

“Siapa kau?”

Mungkin karena aku tak mengira bahwa hal ini akan terjadi, aku bimbang akan apa yang harus kukatakan. Pada akhirnya aku menanyakan identitasnya.

Aku yakin bajwa dia bukanlah kawan, aku benar-benar tak mengira ia akan menjawab hal itu, namun.

“Apostolat ke-7, Sariel.”

Anehnya, dia menjawab dengan sepantasnya.

Walau aku tak tau apa arti dari Apostolat, aku mengetahui bahwa namanya adalah Sariel.

“Namaku adalah Kurono Maou, Aku ingin meninggalkan tempat ini jadi bisakah kau memberitau ku dimana jalan keluarnya?

“Tidak bisa.”

“Begitukah—-“

Ya, aku tak berharap dia akan memberitauku. Meskipun aku sedikit penasaran mengenai siapa gadis ini, aku benar-benar tidak punya waktu untuk menanyakan soal itu.

Jika aku melawan orang bertopeng, aku pasti sudah menendangnya hingga ia memberitauku, tapi aku tak dapat melakukan hal itu pada seorang gadis yang tak kejam kepadaku. Meskipun aku mungkin telah kehilangan kemanusiawianku, aku masih belum segila itu.
Karena itukah, aku memutuskan untuk mengabaikannya dan melangkah kedepan.

Dengan memusatkan sihir pada kakiku dan memperkuat mereka, aku melesat kearah tangga. Seorang manusia biasa atau monster yang lemah hampir tak akan bisa menandingi kecepatan sepeti itu. Dia terlihat seolah langsung menghilang—–

“ugaah!?!”

Saat aku meningkatkan kecepatanku, sebuh sengatan menyambar kaki kiriku.

Sesaat, Aku kehilangan kendali atas kakiku, akupun terjatuh kelantai yang keras dengan kecepatan tinggi.

“A..pa……”

Aku menyadari, dikaki kananku, sebuah kayu sula<2> putih tertusuk begitu dalam.

“Kau akan berhenti disini.”

Saat aku mendengar gumaman Sariel, udara dingin menusuk ke tulang punggungku (merinding)

“Apa kau bercanda……….”

Dari gadis itu, aku dapat merasakan kekuatan sihir yang kuat, level yang tak dapat ditandingi oleh monster manapun, gelombang kekuatan itu berasal dari dalam gadis itu. Aura perak menutupi tubuhnya, bahkan ada aura yang berbentuk seperti asapa, massa sihirnya lebih jika dibandingkan dengan pile bunker. Bahkan tanpa indra ke-6 pun Aku tetap akan menyadari bahwa dia adalah seorang monster.

“Buckshot<1>!!”

Sambil mencabut kayu sula putih itu ke, aku menembakkan sebuah buckshot ke arahnya.

Peluru yang bertebaran melesat dengan cepat kearah gadis yang tak berdaya itu.

Tanpa bereaksi sedikitpun, Sariel menerima langsung hujan peluru itu denngan tubuhnya tanpa masalah.

“Sial, tanpa perisai?!”

Peluru-peluru itu menghilang saat ia menyentuh aura putihnya.

Auranya jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan perisai yang digunakkan oleh aku ataupun hasil eksperimen lainnya. Baginya, ia hanya perlu mengeluarkan kekuatan sihir dan itu bahkan tak bisa dianggap sebagai sihir (Sihir butuh imajinasi).

Aku juga memiliki kekuatan sihir yang dikeluarkan dari tubuhku sebagai bagian dari regenerasi, tapi tak dapat dibandingkan dengannya, yang bisa menahan pelluruku yang terbuat dari sihir hitam.

Jika ia bisa menahannya tanpa perlu melakukan apapun, buckshot juga tak bisa digunakkan untuk menahannya, hanya akan menghabiskan kekuatan sihirku dengan percuma.

Tetap saja, kekuatan sihir putih yang menjadi sumber dari aura itu sepenuhnya berbeda dengan yang biasa kukenal. Jika dengan menggunakkan kekuatan sihir hitam dapat menghasilkan sihir hitam, apakah itu sihir putih?

Jujur, Aku benar-benar tak ingin melawan orang yang terlalu berbahaya seperti ini tapi tanpa kusadari tubuhku telah bergerak kearahnya.

“Blackening.”

Dikedua tanganku terdapat 2 pedabng yang tadi kuambil. Pedang panjang yang sederhana ini terbalut dengan kekuatan sihir hitamku dan seutuhnya berubah warna menjadi hitam, mulai dari pangkal hulu pedang sampai keujung pedang. Aku menyebutnya sebagai [blackening].

Senjata yang mengalami 'blackening' tidak hanya menjadi lebih kuat tapi juga bisa digunakkan tanpa harus menggerakkan tanganku,

“Automatic Fencing.”

Kedua pedang hitam itu meninggalkan tanganku dan mulai melayang di udara, Ujung pedangnya secara otomatis tertuju pada lawanku.

Bertarung dengan mengendalikan dari jarak jauh, itulah Automatic Fencing.

Saat menggunakkan senjata nyata sebagai dasar jurus ini, kekuatannya lebih tinggi daripada peluru yang murni terbuat dari kekuatan sihir. Jika menggunakkan ini, seharusnya aura itu bisa ditembus.

“Pierce through!!”

Dengan perintahku, pedang itu melayang seperti anak panah.

Seperti biasa Sariel tetap berdiri disana, namun sihir putihnya mulai menyatu, dan muncullah sebuah perisai putih dengan bentuk segitiga terbalik.

“ Rifle!”

Aku menembakkan Peluru Logam Bayangan, dan diwaktu yabg sana melesatkan pedangku untuk menusuk perisai Sariel.

Kedua pedangku dengan mudah ditangkis, bahkan tanpa menggoresi perisainya. Tanpa memperdulikan hal itu, aku terus menembakkan Rifle. kekuarannya lebih rendah dibanding Anti-materuak tapi kelemahan itu digantikan dengan kecepatannya.

Tapi, perisai itu tidak tergores sedikitpun bahkan dengan pedang hitam, tak ada gunanya sebanyak apapun peluru yang ku tembakkan.

Bahkan saat titik sasarannya sama persis, tak ada efek yang bisa terlihat. Pada akhirnya, nol ditambah nol tetaplah nol.

Tapi tak apa

Rifle itu hanyalah sebagai pengalihan fokusnya saja. Seranganku tetap ada pada kedua pedang yang telah ditangkis tadi.

Sariel menggunakkan perisai untuk menahannya berarti bahwa serangan itu cukup berbahaya jika tak ditahan tanpa perisai.

Buckshot bisa dihentikan hanya dengan auranya, tapi tidak dengan pedang.

Aku mulai mengendalikan kembali pedang yang telah jatuh dibelakangnya.

Jelas bahwa kekuaran tempur serangan ini bisa menyebabkan kematian disaat itu juga, tapi ia juga seorang penyihir, dia mungkin bisa keluar dari serangan itu dengan hidup, Aku melesatkan pedang itu dengan kecepatan penuh.

Sariel tidak berbalik—–serangan pasti.

“—-Apa?”

Saat pedang itu hampir menusuk punggung kecilnya, Sariel tak bergerak sedikitpun.

Tapi sekarang, tiba-tiba Sariel memegang dua pedang diantara jari tangan kanannya.

Hanya dengan tangannya saja?

Bagaimana bisa? 

“……….”

Tersangkut disana, pedang hitam itu langsung berubah putih dan menghilang seperti abu.

“u,a……”

Tak bisa menang.

Insting, intuisi, pikiran, dan logika, semuanya membelikan kesimpulan yang sama- Aku tak bisa menang.

Aku mengambil pilihan yang salah. Seharusnya aku tak menantangnya untuk bertarung.

Harusnya aku berbelok dan lari secepat tenaga saat aku merasakan kekuatan sihir yang luar biasa itu.

Nyatanya, dia tak perlu menggunakkan sebuah perisai. Tak peduli seberapa banyak sihir yang kugunakkan, dia bisa dengan mudah mengalahkannya, hanya dengan tubuhnya.

Disaat aku masuk kedalam jarak pandangnya, aku bisa dibunuh kapan saja. Aku dibiarkan hidup hanya atas kehendaknya,

Didalam benakku, terbayang diriku menghilang menjadi serpihan abu seperti pedang hitam itu.

“……..”

Sariel menghilangkan perisainya.

—–Lari, jerit instingku.

—– Lari, aku masih bisa melakukannya, pikiranku mencoba untuk menyemangati.

Jangan menyerah dulu! Pasti ada cara keluar dari sini hidup-hidup. Pertama-tama, aku harus lari. Aku harus menjauh dari monster gila itu bagaimanapun caranya, jika tidak, aku tak akan punya hari esok.

“Asap hitam—-guah!?”

Aku mencoba menggunakan jurus penyembunyian yang diambil dari api hitam saar percobaan pertarunganku dulu.

Dengan menyemprotkan sihir hitam, Aku bisa mengaktifkan sihir tanpa kesalahan, tapi kelemahan kecil tetap ia temukan, bahu kanan dan perutku tertusuk oleh kayu sula putih.

Sihirnya sendiri telah diaktifkan, seisi sekitar dengan cepat dipenuhi oleh asap hitam. Didalam asap hitam itu, Aku berlari kearah jalan masukku tadi. Sayangnya, tannnga itu terlalu jauh.

Luka pertama dikakiku tertutupi oleh kekuatan sihir yang terlihat seperti selai. Untuk sementara waktu, pendarahannya bisa dihentikan, dan tubuhku tak cukup lemah untuk merasa terganggu dengan rasa sakit setingkat ini.

Sekali lagi, Aku memperkuat kakiku, aku memutuskan untuk lari sejauh mungkin darinya.

Urusan soal kayu sula di bahu dan perutku bisa diselesaikan nanti.

“Anti-material.”

Tanpa melihat kebelakang, aku terus melesatkan tiga peluru tingkat tinggi kearahnya. Aku sadar bahwa hal itu tak ada gunanya, tapi setidaknya aku bisa menahannya untuk beberapa saat. Ketika peluru ketiga ditembakkan, 5 kayu sula langsung menusuk punggungku. Aku telah membuat perisai untuk berjaga-jaga tapi kayu sula itu tetap menembusnya.

“Guhoooo!?”

Aku hampir terjatuh, tapi bagaimanapun aku bisa terus berlari melalui jalanan kecil.

Kayu sula yang menusuk punggungku lebih tipis dibandingkan yang sebelumnya, jadi aku dapat menahan rasa sakitnya. Tanpa melihat kebelakang, berlari seolah menggila, Aku berguling ke sembarang ruangan.

“haa…..haa…”

Untuk sementara waktu, kurasa aku bisa lari darinya. Suara langkah kaki ataupun auranya saat mendekat tak dapat kurasakan.

Kupikir aku takkan bisa benar-benar lari darinya, jadi sebaiknya sekarang aku mengobati sebanyak mungking lukaku.

“Guu,ugh, sakit……”

Siapa bilang aku sudah terbiasa dengan rasa sakit, hanya kemampuanku untuk menahannya yang meningkat. Sesuatu yang terasa sakit akan tetap terasa sakit.

Aku mencabut kayu sula yang ada di bahu dan perutku, meskipun sulit diraih aku juga melepaskan kayu sula yang ada di punggungku.

“Aku akan baik-baik saja selagi organ dalamku tidak terluka juga…”

Sihir yang terlihat seperti selai itu menutupi luka-lukanya, jika diberi waktu yang cukup, ia akan menyatu dengan daging dan lukanya sembuh. Apakah aku harus membasmi kuman pada lukanya? tapi ia mengobati sampai senbuh, jadi kurasa itu tak perlu? Berkat sihir ini, aku bisa mengobati lukaku sendiri.

Tapi organ dalam dengan fungsi yang rumit tak dapat disembuhkan sepenuhnya,

Dulu, saat perutku terobek besar oleh mahluk yang terlihat seperti dinosaurus, aku tak dapat menyembuhkan ususku sepenuhnya dan akhirnya harus mengandalkan sihir pria bertopeng.

Seberapa banyak yang bisa kuraih melalui sihir masih kuragukan, tapi aku tak memiliki cara apapun untuk bisa menemukan jawabannya. Sekarang ini aku harus memikirkan cara untuk keluar dari sini.

Lagipula Penyihir super berbahaya yang dipanggil Sariel itu tak akan membiarkanku pergi semudah itu.

Seharusnya ke-5 panca indra Sariel lebih baik daripada indraku jadi ia bisa menemukanku hanya dengan mencium bau. Kemungkinan terburuk, 'entah bagaimana' ia akan menemukanku dengan indra ke-6nya. 

Karena itulah aku tak bisa terlalu lama bersembunyi disini. Resikonya terlalu besar.

*—-kotsun*

Aku mendengar sedikit suara langkah kaki.

Mirip saat ia pertama muncul, ia berjalan dengan tenang dan perlahan,

Tapi kenyataan bahwa tak ada kecerobohan yang ia perbuat dapat dilihat dari pertarungan tadi.

Perlahan-laham, suara langkah kaki itu makin dekat, Ia pasti mengarah langsung ke ruangan ini.

“Si, sial! Apa yang harus kulakukan……?”

Tingkat kesulitannya tidak sama dengan monster-monster sebelumnya, dimana aku bisa menang jika aku berusaha dengan keras.

Dihadapan kekuatan yang berbeda jauh, sulit bagiku untuk menahan ketenangan.

Tapi aku masih menyadari bahwa ada pintu lain di ruangan ini, selain dari yang kumasuki.

Bisa dibilang aku tak punya rencana, aku hanya merasa 'daripada mengarah keluar, lebih baik makin masuk kedalam'.

Meski aku akan disekakmat disana jika dibalik pintu itu hanya ada ruangan biasa.

“—–Ini!!”

Saat aku membuka pintu, aku merasa begitu beruntung hari ini.

Yang ada dibalik pintu itu bukanlah ruangan putih lainnya, melainkan tangga memutar menuju kebawah.

Jika di lihat, disana gelap gulita. Aku tak tau terhubung kemana tempat itu, tapi jika aku bisa mengambil bahkan satu langkah lebih jauh dari Sariel, rasanya amat menarik. Tanpa ragu, aku berlari kebawah dengan kecepatan penuh.

Saiel melangkah melalui jalan sempit itu dengan kecepatan biasanya.

Dia tidak berjalan seperti ini hanya untuk menakuti penyihir lemah yang diketahui sebagai No.49—-tidak, Kurono Maou, orang asing dengan nama yang mirip dengan Raja iblis. (C/P: Sekali lagi, dalam bahasa jepang, Maou artinya raja iblis/setan)

Untuk menemukan jejak dari seorang pengguna sihir hitam, inilah kecepatan yang sesuai, karena itulah ia tidak berlari. Dan juga karena dia dengan jelas menunjukkan belas kasihan pada Kurono.

Jika dia serius dia bisa saja memasukkan 8 kayu sula itu kedalam kepalanya, tentu saja, bahkan sebelum Kurono bisa mulai menyerang.

Tapi dia membiarkan sang lawan, yang bisa ia bunuh dalam sekejap, melarikan diri darinya.

Dari sini jika ia berakhiran dengan menyudutkannya dan dia menyerah, ia siap menerima penyerahan itu. Meskipun perasaannya yang sesungguhnya adalah lebih baik jika ia bisa lari darinya.

From here if she were to end up cornering him and he surrendered, she was ready to take that surrender. Although her true feelings were that it would be good if he could run away from her.

“……..”

Tentu, Sariel pikir. Sihir hitam Kurono tidak seperti yang ia pikir.

Akibat dari banyak percobaan, tubuhnya telah melampaui level manusia biasa bahkan tanpa 'penguatan', tapi ia tidak memiliki skill dasar atau dasar yang diperlukan untuk sihir.

Di tahap percobaannya sekarang, tujuan utamanya adalah membuat sebuah tubuh yang memiliki kemampuan yang tinggi untuk sihir, dan seharusnya praktek bertarung dan sihir akan diajarkan setelah ini. Jadi tentu saja kekuatannya begitu.

Jumlah kekuatan sihirnya tinggi tapi peredaran, pemadatan, pengeluaran dan tehnik pengendalian kekuatan sihirnya semua masih buruk. Pelepasan sihir terkompresi yang ditembakkan satu persatu dapat menyia-nyiakan banyak kekuaran sihir.

Senjata sihirnya juga sangat tidak beres, tapi ketepatan pengendaliannya dan tehnik penyembunyian dirinya bagus. Menyadari hal yang terjadi ditempat yang tak ia lihat juga dilakukan dengan mudah. Bisa memberikan serangan dengan kekuaran sihir yang sebanding dengan penyihir biasa, namun tanpa memiliki skill dasar minimal. Itu pasti salah satu keuntungan dari tubuhnya yang dumodifikasi.

Sihir [Buckshot], [Rifle], [Anti-material] dilepaskan dengan mengucapkan mantra, semuanya jelas  memiliki bagian yang berbentuk kerucut sederhana dan berputar dengan kecepatan tinggi.

Semua sihir dibuat dengan gambaran yang ada di benak sang penyihir, saat melakukan serangan, biasanya, sihirnya membentuk bola, panah, pedang, tombak lempar. Sariel menggunakan kayu sula.

Dalam kekuatan menusuk, Sariel tak pernah melihat apapun yang mirip dengan kerucut berputar itu sebelumnya. Jika dipahami dengan benar, semua orang bisa melakukannya, tapi dari mana ide tentang membuat bentuk seperti itu muncul?

Menurut penda[at Sariel, itu mungkin karena Kurono adalah jenius alami.

Ia 'orang asing' yang dibawa dari dunia yang berbeda, dimana sihir tidak ada. Gereja memperlakukan mereka yang tak bisa menggunakan sihir setara dengan monster.

Tapi tidakkah 'orang asing' juga memiliki pengetahuan dari dunia asing mereka? Tidak, mereka pasti mempunyainya. dan jika kerucut yang dibuat olehnya itu ada di dunia tersebut, berarti Kurono telah menerapkannya kedalam sihir dan menyadari bahwa ia memiliki kekuatan menusuk yang tinggi.

Sariel berpikir bahwa teorinya mungkin benar, Jika benar, mereka pasti memiliki pengetahuan yang tidak diketahui oleh penduduk dunia ini.

Dia sedikit penasaran akan hal itu, jika Kurono tertangkap lagi, ia tak akan dibiarkan hidup, kemungkinan terburuknya, Sariel yang harus membunuhnya disana. Sariel merasa bahwa itu adalah hal yang disesalkan.

“………”

Sariel tiba-tiba berhenti bergerak.

Dia tak memiliki keraguan, pintu yang ada dihadapannya adalah pintu yang dilewati oleh Kurono, untuk beberapa detik Sariel merasa ragu, haruskah ia masuk atau tidak.

Tapi karena ia telah sampai disini sekarang, ia merasa bahwa ia harus memastikan, tanpa memasang pelindung iapun membuka pintu. Tak ada serangan tiba-tiba ataupun tanda-tanda sebuah jebakan.

Toh dia jelas tidak punya waktu untuk memasang hal seperti itu. Sariel bergerak kearah pintu sembari berpikir.

Membuka pintu, yang masuk dalam pandangannya hanyalah sebuah tangga memutar yang menuju kebawah.

Tanpa menuruni anak tangga, Sariel melompat ke lubang ditengah tangga dan langsung jatuh ke neraka yang bisa dilihat dibawah.

*dozunn!!*

Tanpa memperkuat tubuhnya dengan sihir, ia mendarat begitu saja.

Ia berdiri seolah merasa terkejut saat mendarat, justru keramik yang ada didekat kakinyalah yang retak berkeping-keping,

“…….Kabur.”

Dengan sekali lihat ia memeriksa bahwa Kurono tidak disini. Ini karena, diakhir anak tangga, ada sebuah sumur kecil yang langsung terhubung dengan saluran air bawah tanah, dan sisa sihir hitam yang masih bisa dilihat menuju ke sumur itu.

Tempat ini digunakan oleh pendeta untuk mandi dan merupakan satu-satunya jalan keluar dari laboratorium selain dari pintu utama.

Ia pasti kebetulan memasuki ruangan yang menuju kesini tapi berkat itu ia bisa keluar dari sini.

“……Baguslah.”

Sembari berjalan kearah tangga, Sariel berkata dengan sayup.

Berdasarkan sudut pandang seorang gadis yang acuh tak acuh terhadap manusia dan tak berekspresi, kata=kata ini bisa dianggap sangat langka.

Sedangkan alasan mengapa ia menunjukkan belas kasih terhadap Kurono, itu karena situasi Kurono sama dengan yang ia alami dimasa lalunya.


Catatan Penerjemah :




<1> Buckshot, sejenis peluru senapan yang digunakkan untuk membunuh buruan besar atau orang. inilah peluru yang digunakkan oleh para polisi dan kriminal saat ingin membunuh manusia. Ukurannya berbeda-beda.















<2> Kayu sula kayu yang ujungnya runcing/tajam.

Senin, 26 Februari 2018

Kuro no Maou 7

Episode 7 Kebebasan

Semenjak aku datang ke dunia sihir yang seperti neraka ini, ini pertama kalinya aku bisa tidur dengan begitu lelap.

Setelah membunuh anak laki-laki di eksperimen itu, aku terus menonton tanpa mengembalikan kesadaranku saat tubuhku menghadapi berbagai macam percobaan setiap harinya.

Itulah mengapa aku tidak merasakan apapun, bahkan ketika tangan ini memusnahkan lebih banyak remaja perempuan dan laki-laki lainnya. Namun, kesadaran yang telah memudar ini sebentar lagi akan hilang dengan berlanjutnya tidur lelapku... dan kupikir ingatanku sebagai Kurono Maou juga akan menghilang bersama dengan kesadaranku ini.

Tetap saja, rasa bersalah dan sakit karena membunuh sesama manusia berada diluar batas toleransiku. Kenyataanya, menghilang secara perlahan seperti ini adalah apa yang telah aku harapkan.

Aku sudah tak tahan. Aku tak bisa kembali ketempat asalku. Aku bahkan tak bisa lagi mengingat wajah kedua orang tuaku. Semua yang muncul dalam pikiranku hanyalah wajah dari pak tua dan pria bertopeng yang lewat serta monster dan hasil percobaan lainnya yang telah kubunuh.

Karena itulah sekarang sudah tak apa. Jika aku menghilang sekarang aku akan merasa tenang. Tak ada gunanya untuk tetap bertahan lebih lama lagi—-

Dan, disaat aku menyerah terhadap semua yang ada dalam ingatanku yang telah pudar.

*zuzun—-*

Dengan suara yang menggelegar, dan rasa terkejut seolah langit dan bumi telah bertukar, kesadaranku dengan cepat kembali.

“——ha!?”

Saat aku terbangun, aku berada diatas lantai keras seperti biasanya.

Tapi, pikiranku bahkan lebih jelas dari sebelumnya, kabut yang biasa memenuhi pikiran dan kesadaranku benar-benar telah menghilang. Mungkin seperti inilah rasanya 'merasa diperbarui'?

Setelah agak lama kesadaranku kembali, pikiranku jelas, darah dan sihirku keduanya mengalir dengan lancar, dan kekuatan memenuhi seluruh tubuhku.

“Ini…….di lab?”

Aku pasti terjatuh dari alas yang ada ditengah ruangan. Bagainaba itu terjadi tidaklah diketahui, tapi kedua pria bertopeng itu juga terjatuh kelantai.

Apakah mereka mengalami kecelakaan saat bereksperimen?

Jelas bahwa aku tak punya kewajiban apapun untuk membantu mereka. Aku melihat ke sekitar ruangan sambil memikirkan apa yang harus kulakukan, sesuatu menarik perhatianku.

Aku hanya pernah melihatnya 1x tapi aku langsung mengerti benda apa itu.

“Cincin…putih……”

Benda dengan 7 buah jarum yang memaksaku untuk tunduk pada mereka. Barang yang pernah terpasang, dan takkan pernah bisa dilepaskan berada di hadapanku.

Perlahan, aku menyentuh kepalaku. Tak peduli seberapa telitinya aku meraba, yang kurasakan hanyalah rambut dan kulit kepalaku.

“Tak ada……….cincinnya, tak ada lagi disini”

Tentu saja, cincin yang ada dihadapanku ini adalah cincing yang terpasangkan dikepalaku sampai sekarang.

“Ha, hahahaha– –“

Cincinnya tak terpasang ke kepalaku.

Satu-satunya benda yang menahanku sudah tiada. Tanpa kusadari, cincin yang ada ditanganku telah  hancur oleh tanganku.

“ahahahahaha! Aku bebas!!”

Benar, jika aku bebas, aku tak harus mati dengan pasrah lagi!

Mingkin karena teriakkan ku yang gembira, kedua pria bertopeng itu mulai berdiri dengan berpegangan pada dinding.

Aku mendekati pria bertopeng yang ada didekatku,

“Apa, no.49—-“

Entah ia telah menyadari situasinya atau belum, nada suaranya terhadapku meninggi.

“Jangan panggil aku dengan nama itu.”

Dengan tangan kiriku, aku menggenggam kerah bajunya dan mengangkatnya.

“guha,ha, Hen, hentikan…….no.49……..”

“Namaku adalah—-“

Aku mengangkat tanganku.

Kondisiku sekarang sedang fit, kekuatan sihir hitam langsung tertuju di tangan kananku.

“—Kurono Maou!!!”

Dengan sekuat tenaga aku melesatkan Pile Bunker pada topeng putih yang menjengkelkan itu.

Sebelum ia mengeluarkan suaranya, kepalanya telah hancur menjadi potongan kecil dan ia menjadi mayat tak berkepala.

“No.49 Apa yang kau lakukan?!”

Proa bertopeng lainnya berlari kearahku.

Tanpa ia bicara pun aku sudah bisa merasakan kehadirannya. Melawannya bukanlah sebuah masalah.

Sang pria bertopeng mencoba untuk menusukku menggunakan suntikan gelas yang kutangkap  dengan tangan kananku.

“Tak berguna.”

Mengambil suntikan itu begitu saja, Aku menggenggamnya dan mengambil ancang-ancang.

“Tunggu—–“

Membidik ke leher, Aku pun menancapkan jarumnya kesana.

Mungkin aku mengenai pembuluh darah, cairan dari suntikan yang terlihat beracun itupun sepenuhnya masuk ketubuh pria itu.

“guhhooooooo………”

Sambil memegang lehernya, pria itu mengerang dan jatuh kembali kelantai.

“Rifle.”

Setelah terbentuk didekat jemariku, aku menembakkan peluru ke dahinya. Dengan percikan, darah dan otak berceceran di seluruh penjuru ruangan dan pria bertopeng itupun mati. Karena aku tak tau cairan apa itu tad, akan jadi masalah jika ia kembali lagi setelah menjadi lebih kuat sepertiku.

“Baiklah—- Aku tak tau apa yang terjadi tapi ini adalah kesempatan bagiku.”

Kekangan hebat dari cincin itu sudah tidak ada. Ditambah lagi, karena percobaan yang mereka lakukan kepadaku, aku menjadi cukup kuat, bahkan untuk membunuh seekor naga.

Dan lagi, pembunuhan yang tabu, meskipun tanpa kusadari, telah kulakukan. Aku tidak memiliki sedikitpun keraguan saat membunuh bedebah bertopeng ini. Aku dengan mudah dapat membunuh mereka berdua. Hanya sekedar peneliti tak akan pernah bisa menghentikanku.

Kau menuai apa yang kau tanam, lagipula merekalah yang membuatku menjadi monster seperti ini. Sekarang setelah aku bebas, tak ada yang akan bisa menghentikanku untuk keluar dari sini.

“Mari kita mulai!!”

Meneriakkan kalimat yang biasanya dapat menyemangati diriku sendiri, aku menerobos pintunya—-

“——Sudah berkali-kali kubilang 'berhati-hatilah saat baptisan'!!”

Raungan dipenuhi amarah terdengar di ruang konferensi.

“Ta, tapi, tindakan pencegah telah dilaksanakan sesuai yang diperintahkan. Seharusnya dia benar-benar tak berdaya.”

“Mungkinkan kekebalannya terhadap obat-obatan itu sudah lebih tinggi dari yang kita kira…………?”

“Akibat gempa bumi, ia pasti mendapatkan kesadarannya lagi saat baptisan terhentikan.”

“Kalau begitu panggil semua pengawal dan tangkap dia!!”

Orang yang meneriakkan itu adalah Pendeta. Ia mengambil keputusan untuk mengerahkan semua pengawal demi menangkap no.49 yang memiliki sihir hitam yang tinggi.

“Hamba memohon maaf pada yang mulia, tapi situasinya sedang genting, tolong berevakuasilah—“

“Tenanglah pak Pendeta, apa kau tak menyadari mengapa seorang Kaedinal seperti aku datang tanpa satu pengawal pun?”

Ars sendiri tau bahwa percobaan no.49, yang telah lepas kendali, memiliki kekuatan hitam yang cukup untuk mengalahkan banyak monster. Hanya saja, ia tak perlu mengkhawatirkan kekuatan 'setingkat itu'

“Ta,tapi……”

Pendeta senior melihat kearah Sariel yang berdiri disamping Ars. Ia menyadari maksud dari kata-kata Ars.

“Tapi ini terjadi karena kelalaian kami, Kami tak bisa merepotkan Tuan Sariel—–“

“Kau tak perlu khawatir. Tuan Sariel, bisakah aku menyerahkan hal ini padamu?”

Sariel mengangguk ringan.

“Jika terlalu berbahaya, dia tak perlu ditangkap hidup-hidup.”

Mengangguk sekali lagi, Sariel pergi dengan langkah kecil.

“Bisa kita pergi sekarang? Tak perlu panik. Tuan Sariel akan segera kembali dengan kepala no.49.”


(6)<<Sebelumnya                ISI             Selanjutnya>>(8)

Minggu, 25 Februari 2018

Kuro no Maou 6

Episode 6 Sakramen Putih

“Selamat datang ke Laboratorium ke-3 <1>Sakramen putih, yang mulia <2>Kardinal Ars, <3>Apostolat ke-7 Tuan Sariel.“

Setelah memberikan salam, mereka pun bergegas melewati gerbang laboratorium.

“Apakah Uskup<4> Judas tidak disini?

Sembari ia melalui jalan kecil yang gelap didalam laboratorium, Ars bertanya kepada si pria bermantel putih yang menjadi penunjuk arah.

“Saya benar-benar minta maaf, tapi kemarin sebuah panggilan dari Kota Suci baru saja tiba. Sepertinya dia tidak akan kembali dalam kurun waktu yang dekat, kurasa setidaknya dia tak akan kembali selama setengah tahun.

“Aku melewatkannya hah? ya ini memang kunjungan yang tak terduga, jadi mau dikata apa lagi, agak sedikit disayangkan.

Melihat bahwa Ars tidak kesal, pria tersebut menghela nafas dengan lega.

Pria yang menunjukkan jalan pada mereka berdua sekarang ini adalah pemegang jabatan tertinggi sebagai pengganti Judas untuk sementara waktu.

Meskipun hanya sebagai pengganti, ia adalah pemimpin dari 100 orang, seorang pendeta senior. Namun, bahkan dia pun merasa tegang saat berhadapan dengan orang yang selalu berada disamping Paus<5>, seorang Kardinal dan seorang Apostolat.

Tanpa memperdulikan tingkah pria itu, mereka ber-2 terus berjalan dengan tenang. ditengah perjalanan, Ars bertanya pada pendeta itu mengenai berbagai macam hal yang berhubungan dengan fasilitas ini. Mereka pun segera sampai ke tujuan, yaitu ruang konferensi.

“”Selamat datang, yang mulia Kardinal Ars, Apostolat ke-7 Tuan Sariel—“”

Didalam ruangan, banyak peneliti lainnya yang menggunakan mantel putih, mirip dengan pendeta yang datang menemui mereka.

Para pendeta dan yang lainnya jauh lebih tua dibandingkan Kardinal dan Apostolat, tapi mereka semua menundukkan kepala dengan hormat kepada keduanya

“Tolong kemarilah dan duduk disini.

Kardinal Ars yang duduk diatas kursi putih hanya berumur 30 tahun tapi ia sudah memiliki aura yang sesuai dengan kedudukannya. Menggunakan jubah spesial yang dibuat dengan mithril<6>, ia memiliki rambut pirang yang mempesona dan mata biru yang tajam dan progresif. Ditambah dengan wajahnya yang terlihat seperti pahlawan dalam cerita, sosoknya yang duduk di kursi lengan<5> benar-benar terlihat sempurna.

Ars yang menjadi Kardinal diumur 30 tahun jelas layak dikagumi tapi wanita yang dikenal sebagai sebagai Apostolat je-7 Sariel lebih terlihat menakjubkan. Rambut berwarna perak yang panjang dan mata merah berkilau, memiliki kulit putih yang lembut terlihat cocok dengan jubah putihnya adalah Sariel.

Tampilannya terlihat seperti sebuah boneka yang muda, sangat muda.

ia sedang duduk dikursi yang mirip dengan kursi yang diduduki Ars, kakinya yang tidak menyentuh lantai membuat dirinya terlihat begitu mungil dan lembut. Sekarang ini, dialah yang terlihat paling janggal. tapi sebagai salah satu orang yang memegang kekuasaan khusus sebagai Apostolat, tak sedikitpun  rasa tegang dan ketidaknyamanan yang dapat  terlihat darinya.

“Baiklah kalau begitu, tolong beri aku penjelasan mengenai proyek ini.”

Setelah keduanya duduk dan menerima dokumen-dokumennya, sang Pendeta mulai berbicara.

“—-Proyek Prajurit Suci ini bertujuan untuk meyelesaikan perang suci tanpa mengorbankan satupun warga Kota Suci yang ada di republik ini, proyek yang sangat manusiawi dan ideal. Seperti yang telah kita ketahui, di sisi timur dari Benua Tabut dan Benua Pandora, bidaah sudah merajalela dan wilayah yang dikuasai oleh Dewa Kejahatan meluas kemana-mana. Cara paling efektif untuk melawan ini adalah sihir dari gereja kita sendiri yang dikenal sebagai sihir putih, namun jumlah Pendeta yang bisa menggunakkan tehnik menakjubkan tersebut dan penyihir putih sekarang ini tidak memadai.

Semua pengguna sihir putih telah dikerahkan untuk pemeliharaan Republik serta wilayah yang berada di bawah kekuasaan gereja. Kita tak punya personil untuk dikirimkan ke sisi Timur maupun sudut terpencil dari Benua Pandora,

Namun tetap saja, beberapa pendeta yang terbakar dengan niat untuk menyelesaikan misi mereka menyeberang ke Pandora dan berusaha untuk melakukan operasi penaklukan, tapi mereka tak punya cukup orang untuk menyelesaikannya. Jadi, untuk melawan Ilmu Hitam kita juga harus menggunakan Ilmu Hitam

Tentu saja, mengajarkan sihir kegelapan yang jahat kepada penduduk Kota Suci merupakan kejahatan besar terhadap Dewa Putih. Karena itulah kita harus mendapatkan pengguna ilmu hitam dari orang yang sesat (bidaan), demons, dan orang asing.

Mahluk yang sama-sama bukan manusia, dengan kekuatan kejahatan yang sama akan menghancurkan satu sama lain. Melawan racun dengan racun, menurut pendapatku sendiri, dengan metode seperti ini, hasil yang didapatkan hanyalah proyek Prajurit Suci.


Sekarang ini, perkembangan dari proyek ini bisa dibilang telah berkembang sesuai keinginan. Terutama, orang asing yang di panggil dari dunia lain 3 bulan yang lalu,; Eksperimen No.49 diberkahi dengan kekuatan yang cukup tinggi untuk dipanggil sebagai 'puncak' dari penelitian kami sekarang ini.

Kemampuannya jelas akan bisa memuaskan yang mulia juga. Mulai dari sini, dengan No.49 sebagai yang utama, meskipun mungkin kekuatannya mungkin sedikit lebih rendah, kami berencana untuk melanjutkan penelitian untuk membuat beberapa penyesuaian demi memproduksi masal prajurit sihir kegelapan. Hari ini, kami memiliki rencana untuk memberikan baptisan terakhir pada no.49, dan pada akhir tahun ini, tidak, akhir bulan ini, kami akan menunjukkan kekuatannya didalam Kota Suci—“

Pendeta yang berbicara dengan semangat tiba-tiba diganggu oleh orang yang belum mengatakan sepatah kata pun hingga sekarang, Sariel.

“Yang mulia Kardinal.

Panggilan itu begitu lembut dan senyap, tapi masih bisa terdengar ditelinga Ars

“Ada apa, Tuan Sariel?

Mustahil ia ingin bertanya. Ars yang mengenal kebiasaan Sariel yang tak suka bicara pun kebingungan.

“Sembunyi.

Dengan kata selanjutnya, rasa ragu dibenak Ars menjadi makin dalam. Tanpa memperdulikannya, Sariel mulai mengambil tindakan dan sekali lagi berkata.

“Sembunyi.

Sariel berdiri dari tempat duduknya dan merangkak kebawah meja yang besar. Melihat ke pertunjukkan yang aneh itu, suara yang dipenuhi kebingungan orang-orang pun mulai memuncak.

“……Mengerti.

“Eh? Yang mulia Kardinal!?”

Mengenai kata misterius yang diucapkan Sariel, Ars memutuskan untuk mentaatinya.

2 orang dengan kedudukan tertinggi disana tiba-tiba merangkak kebawah meja. Tak ada satu pun yang dapat mengerti makna dibaliknya. Untuk beberapa saat, suasana tercengang memenuhi isi ruangan. Tapi orang yang menyebabkan suasana ini, Sariel dan Ars tak memperdulikannya. Hal ini disebabkan karena, bagi Ars, kata-kata Apostolat seharusnya selalu di percayai.

Hasil dari kepercayaan itu, Ars menyadari bahwa ia telah membuat keputusan yang benar.

*zuzun—–*

Getaran itu seolah datang dari pusat bumi, suara bangunan yang retak, dan getaran itu cukup kuat untuk membuat sekujur tubuh tersentak.

“Apa, Apa ada gempa bumi!?”

Teriakan seseorang, dengan jelas menyatakan situasi sekarang ini.

Tepat disaat ini, sebuah gempa yang mencapai 6 skala richter (RC) baru saja terjadi disini.

“uu, uwaaaaa!!”

Teriakan datang dari segala arah. Sebuah rak buku yang disimpan didalam ruangan terguling dan jatuh ke kursi.

Diantara teriakan orang orang. Ars 'Jadi ini penyebabnya', melihat ke arah Sariel dengan tatapan mengerti.

Bahkan saat gempa bumi yang jarang terjadi di Republik, melihat ke Sariel yang tetap biasa saja bahkan disituasi seperti ini, Ars merasa bahwa dia tak butuh berdoa pada tuhan untuk keselamatannya.

Segera setelah beberapa detik, gempa yang menyebabkan seisi laboratorium pun mulai mereda. Mereka berdua keluar dari bawah meja. Semua peneliti tergeletak dilantai, tanpa pengecualian.

“Apakah semuanya baik-baik saja?

Untungnya, tidak ada yang pingsan karena ditindih oleh rak buku. Sambil merintih, satu persatu mereka mulai berdiri dengan kedua kaki mereka yang goyah.

“ Ce, Cepatt keluar dari sini

“Tolong tenang. bukankah lab ini dibuat dari reruntuhan kuno? jika benar, ia takkan runtuh hanya dengan ini

“Iy, iya……Itu seperti yang anda bilang.”

“Tetap saja, ini adalah keadaan darurat. Untuk berjaga-jaga, kita harus melakukan evakuasi. Tuan Pendeta, tolong lakukan evakuasi tanpa menyebabkan kepanikan masal.

Memperoleh ketenangan kembali dengan kata-kata Ars, para pendeta dan peneliti mulai melakukan tindakan. Jika ada perintah dari atasan organisasi, meskipun ada beberapa korban yang muncul, situasinya bisa diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Tanpa terlalu terkejut dari gempa yang tiba-tiba terjadi, dipimpin oleh seorang peneliti Ars dan Sariel mulai meninggalkan ruang konferensi.

“Pak Pendeta! Ada masalah!!

di saat itu, seorang pria dengan mantel putih, yang sepertinya salah seorang peneliti berlari kesana.

Bahkan saat ada Ars dan Sariel dihadapannya, ia tetap berlari, ia pasti sangat tak sabaran sekarang ini.

“Tenanglah, kau sedang berada di hadapan Kardinal dan Tuan Sariel, gempa buminya juga sudah mereda.

Si Pendeta memperingatinya karena mengganggu dengan sikap yang tidak sopan.

“Bukan itu! Saat gempa bumi—–“

Segera setelah ia mengatakan itu, getaran dari bawah terdengar kembali dengan suara yang menggelegar.

“Aa, Apa? Apakah ini gempa susulan?

Kepada Pendeta yang mulai berkeringat dingin, si peneliti meneriakkan lanjutan dari kalimatnya tadi.

“——No.49 telah kabur!!”

Catatan Penerjemah:
Itu Demon sengaja gak diartiin biar lebih keren :v
<1> Sakramen adalah sebuah upacara agama yang biasa digunakkan oleh orang kristen yang dianggap sebagai perantara rahmat dari tuhan

<2> Kardinal adalah pejabat senior dalam gereja katolik Roma, kedudukannya ada dibawah Paus.
Seragam Kardinal
<3> Apostolat adalah jabatan seorang rasul di agama kristen
         Lukisan Apostolat terdahulu


<3> Mithril pertama dituliskan dalam cerita fiksi, memiliki tampilan seperti perak, terapi lebih kuat dan lebih ringan dari baja (Note: Kurang lebih, warna jubahnya seperti gambar ini)

<4>Uskup adalah pimpinan gereja setempat berada dibawah paus dan kardinal. Sering disebut sebagai pengganti Astolat
<5> Paus adalah pemimpin gereja katholik diseluruh dunia






<6>Kursi Lengan yang diduduki Kardinal Ars



(5)<<Sebelumnya                ISI             Selanjutnya>>(7)